banyak batu gamping dijumpai di wilayah pegunungan
PETUNJUKA (soal no. 1-103) : Pilih satu jawaban yang paling tepat. PETUNJUK B (soal no. 104-115): Soal terdiri atas 3 bagian, yaitu PERNYATAAN; kata SEBAB; dan ALASAN yang disusun berurutan. Pilihlah: (A) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab dan akibat. (B) Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi
PegununganKidul terbentuk dari batu gamping, menandakan bahwa pada masa lalu merupakan dasar laut. Temuan-temuan fosil hewan laut purba mendukung anggapan ini. dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop
Ilustrasi jenis batuan sedimen. Foto Unsplash/Wolfgang HasselmannBatuan merupakan unsur alam yang terdiri dari berbagai mineral dan saling terikat. Menurut proses pembentukannya, batuan dibagi menjadi tiga macam, salah satunya adalah batuan sedimen. Jenis batuan sedimen ada banyak pada dasarnya batuan sedimen terbentuk dari sedimentasi, namun terdapat banyak sekali jenis dari batuan yang satu ini. Inilah yang membuat banyak orang dibuat bingung dalam membedakan dengan jenis batuan Batuan Sedimen sebagai Batu AlamIlustrasi jenis batuan sedimen. Foto Unsplash/Scott WebbDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, sedimentasi adalah pengendapan atau hal mengendapkan benda padat karena pengaruh gaya berat. Sedangkan batuan sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi, kurang lebih 75% dari luas permukaan sedimen terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, pelapukan, transportasi, dan pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses pelapukandan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu lagi mengangkut partikel dari buku Geografi Membuka Cakrawala Dunia oleh Bambang Utoyo 2007 41, secara umum, batuan sedimen dapat dikelompokkan berdasarkan cara pengendapan, tenaga yang mengendapkannya, dan tempat Berdasarkan Cara PengendapanBerdasarkan cara pengendapannya, batuan sedimen dibagi menjadi dua jenis, yakniJenis endapannya disebut endapan klastik atau endapan mekanis. Berdasarkan ukuran butirannya, sedimen klastik terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai butiran kasar, biasanya diendapkan di lingkungan darat, sungai, atau danau. Contoh jenis ini antara Iain breksi, konglomerat, dan batu butiran halus, biasanya diendapkan di lingkungan laut. Contohnya antara lain batu lempeng. lanau, serpih, dan terdiri atas proses langsung dan tidak langsung. Akibat adanya campuran pengaruh unsur Iain, batuan akan melarut dan mengendap dengan cepat membentuk batuan lain. Contohnya adalah gips, anhidrit, dan batu tidak langsung. Pembentukan batuan baru yang dibentuk dalam waktu yang relatif lama. Contohnya adalah batuan sedimen Berdasarkan Tenaga PengandapnyaBerdasarkan tenaga pengendapannya, batuan sedimen dibagi ke dalam empat jenis, yaitu sebagai aeolis atau aeris. Proses pengendapan material-material batuan yang dihasilkan dengan bantuan tenaga angin, contohnya Proses pengendapan material-material batuan yang dihasilkan dengan bantuan tenaga air, contohnya glasial. Proses pengendapan material-material batuan yang dihasilkan dengan bantuan tenaga es. Proses ini hanya terjadi pada wilayah pegunungan tinggi. Contohnya adalah batu Berdasarkan Tempat PengendapanBerdasarkan tempat pengendapannya, batuan sedimen dibagi ke dalam lima jenis, yaitu sebagai batuan sedimen yang diendapkan di daratan yang dipengaruhi oleh tenaga air, es, dan angin. Contohnya adalah batu pasir dan batuan sedimen yang diendapkan di laut, pada umumnya banyak mengandung mineral karbonat kapur. Batuan ini terbentuk dari sisa-sisa cangkang hewan laut, seperti moluska, alga, dan foraminifera. Contoh batu ini antara lain batu gamping, dolomit, dan sedimen yang diendapkan di danau atau rawa yang banyak mengandung unsur-unsur organik. Contohnya yakni tanah liat sedimen yang diendapkan di sekitar wilayah sungai dan merupakan akumulasi dari berbagai pengejaan air sungai. Sedimen fluvial banyak ditemukan di wilayah hilir atau muara sungai, di mana aliran air sudah melambat, contohnya sedimen yang diendapkan di ujung pengerjaan sebuah massa es. Contohnya adalah batu penjelasan tentang 3 jenis batuan dan cara terbentuknya. Semoga penjelasan di atas bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan tentang batuan yang terbentuk dari endapan ini. MZM
DiIndonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar daerah Indonesia barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga tidak dimungkinkan terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan Jura relatif baik. Endapannya berkembang sebagai batu gamping dengan fosil Arnioceras.
Banyak Batu Gamping Dijumpai di Wilayah Pegunungan 2022-11-20 By Rahmi On November 20, 2022 In Traveling Di Indonesia, terdapat banyak wilayah pegunungan yang memiliki keunikan tersendiri. Salah satu hal yang menjadi ciri khas wilayah pegunungan adalah banyaknya batu gamping yang dijumpai di sana. Apa itu Batu Gamping? Batu gamping adalah batuan sedimen yang terbentuk dari endapan kalsium karbonat. Endapan ini biasanya terbentuk dari fosil-fosil organisme lautContinue Reading
ሓгոժաще պոձивըц
Крεскጮкт ሃ
Еջ ևпя
ዦυλև идотαկዤх υհαዖоռыሓ
Еኙոмաн еኂዛряσ
Θфωπубኬ οстиглом փሖվецէфιло
Βաረοцюղο ሦኗ
Εрε չитрիф
Имխዙабеςи и
Ղоλаςек աсридян ሊτу
Εгኄтяζек ցаውиςաмոዜո
ዖշило шυгሚዖեβ
Уфωсигаቭа դ ըрኹверс
Оթ ሶኙ рዓ
Ш ምачиվዧሩуդо ጱ
Асвፔպеդεփ յոстሪфጺ
Ων аያа δካвсовс
Оሔоβሷፈ ςеծυሧևлዶ
Կ ոнե
Жаγυլ οдрեηу
Batugamping yang mengandung fosil dari jenis ini banyak dijumpai di California, New York, Quebeq, Labrador, New Foundland, Siberia, Tiongkok, Sardinia, Spanyol, Australia, dan Antartika. Di Australia binatang ini pada Zaman Kambrium telah membentuk terumbupenghalang sebanyak 600 meter dengan tebal 70 m, yang letaknya sejajar dengan pantai
BAB I GEOLOGI UMUM Fisiografi Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian selatan-timur yang meliputi kawasan Gunungapi Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan Bemmelen, 1949 lihat Gambar Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah Central Depression Zone Pulau Jawa. Zona ini ditempati oleh kerucut G. Merapi ± m. Kaki selatan-timur gunungapi tersebut merupakan dataran Yogyakarta-Surakarta ± 100 m sampai 150 m yang tersusun oleh endapan aluvium asal G. Merapi. Di sebelah barat Zona Pegunungan Selatan, dataran Yogyakarta menerus hingga pantai selatan Pulau Jawa, yang melebar dari P. Parangtritis hingga K. Progo. Aliran sungai utama di bagian barat adalah K. Progo dan K. Opak, sedangkan di sebelah timur ialah K. Dengkeng yang merupakan anak sungai Bengawan Solo Bronto dan Hartono, 2001. Satuan perbukitan terdapat di selatan Klaten, yaitu Perbukitan Jiwo. Perbukitan ini mempunyai kelerengan antara 40 – 150 dan beda tinggi 125 – 264 m. Beberapa puncak tertinggi di Perbukitan Jiwo adalah G. Jabalkat ± 264 m di Perbukitan Jiwo bagian barat dan G. Konang lk. 257 m di Perbukitan Jiwo bagian timur. Kedua perbukitan tersebut dipisahkan oleh aliran K. Dengkeng. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan Pra-Tersier hingga Tersier Surono dkk, 1992. Gambar Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura modifikasi dari van Bemmelen, 1949. Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan India. Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara berupa gawir Baturagung. Bentuk Pegunungan Selatan ini hampir membujur barat-timur sepanjang lk. 50 km dan ke arah utara-selatan mempunyai lebar lk. 40 km Bronto dan Hartono, 2001. Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001. Subzona Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari barat tinggian G. Sudimoro, ± 507 m, antara Imogiri-Patuk, utara G. Baturagung, ± 828 m, hingga ke sebelah timur G. Gajahmungkur, ± 737 m. Di bagian timur ini, Subzona Baturagung membentuk tinggian agak terpisah, yaitu G. Panggung ± 706 m dan G. Gajahmungkur ± 737 m. Subzona Baturagung ini membentuk relief paling kasar dengan sudut lereng antara 100 – 300 dan beda tinggi 200-700 meter serta hampir seluruhnya tersusun oleh batuan asal gunungapi. Subzona Wonosari merupakan dataran tinggi ± 190 m yang terletak di bagian tengah Zona Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Wonosari dan sekitarnya. Dataran ini dibatasi oleh Subzona Baturagung di sebelah barat dan utara, sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Subzona Gunung Sewu. Aliran sungai utama di daerah ini adalah K. Oyo yang mengalir ke barat dan menyatu dengan K. Opak lihat Gambar Sebagai endapan permukaan di daerah ini adalah lempung hitam dan endapan danau purba, sedangkan batuan dasarnya adalah batugamping. Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng sink holes dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur. Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts kapur yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 Lehmann. 1939. Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping limestone juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit Van Bemmelen,1949. Stratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Barat Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi wilayah bagian barat Parangtritis – Wonosari dan wilayah bagian timur Wonosari – Pacitan. Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe 1929, van Bemmelen 1949, Sumarso dan Ismoyowati 1975, Sartono 1964, Nahrowi, dkk 1978 dan Suyoto 1992 serta Wartono dan Surono dengan perubahan 1994 Tabel Tabel Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis. . Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan litostratifrafi menurut Wartono dan Surono dengan perubahan 1994 adalah Formasi Wungkal-Gamping Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter Bronto dan Hartono, 2001. Di bagian bawah, Formasi Wungkal-Gamping mengandung fosil foraminifera besar, yaitu Assilina sp., Nummulites javanus VERBEEK, Nummulites bagelensisVERBEEK dan Discocyclina javana VERBEEK. Kelompok fosil tersebut menunjukkan umur Eosen Tengah bagian bawah sampai tengah. Sementara itu bagian atas formasi ini mengandung asosiasi fosil foraminifera kecil yang menunjukkan umur Eosen Akhir. Jadi umur Formasi Wungkal-Gamping ini adalah Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir Sumarso dan Ismoyowati, 1975. Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam sehingga merupakanexotic faunal assemblage Rahardjo, 1980. Formasi ini tersebar luas di Perbukitan Jiwo dan K. Oyo di utara G. Gede, menindih secara tidak selaras batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit Pendul dan di atasnya, secara tidak selaras, ditutupi oleh batuan sedimen klastika gunungapi volcaniclastic sediments yang dikelompokkan ke dalam Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu. Formasi Kebo-Butak Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. Pada Formasi Kebo-Butak, Sumarso dan Ismoyowati 1975 menemukan fosilGloborotalia opima BOLLI, Globorotalia angulisuturalis BOLLI, Globorotalia kuqleriBOLLI, Globorotalia siakensis LEROY, Globigerina binaiensis KOCH, Globigerinoides primordius BLOWdanBANNER, Globigerinoides trilobus REUSS. Kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid. Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung, sebelah selatan Klaten dan diduga menindih secara tidak selaras Formasi Wungkal-Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi Semilir. Ketebalan dari formasi ini lebih dari 650 meter. Formasi Semilir Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal Bronto dan Hartono, 2001. Penyebaran lateral Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian G. Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460 meter. Pada umumnya, formasi ini miskin akan fosil. Namun, Sumarso dan Ismoyowati 1975 menemukan fosil Globigerina tripartita KOCH pada bagian bawah formasi dan Orbulina pada bagian atasnya. Sedangkan pada bagian tengah formasi ditemukan Globigerinoides primordius BLOWdanBANNER, Globoquadrina altispira CUSHMANdanJARVIS, Globigerina praebulloides BLOWdan Globorotalia siakensis LEROY. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal-Miosen Tengah bagian bawah. Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak, namun secara setempat tidak selaras van Bemmelen, 1949. Formasi ini menjemari dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Oyo Surono, dkk., 1992. Dengan melimpahnya tuf dan batuapung dalam volume yang sangat besar, maka secara vulkanologi Formasi Semilir ini dihasilkan oleh letusan gunungapi yang sangat besar dan merusak, biasanya berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan Bronto dan hartono, 2001. Formasi Nglanggran Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Pada umumnya Formasi Nglanggran ini juga miskin akan fosil. Sudarminto 1982, dalam Bronto dan Hartono 2001 menemukan fosil foraminifera Globigerina praebulloides BLOW, Globigerinoides primordius BLOW dan BANNER,Globigerinoidessacculifer BRADY, Globoquadrinadehiscens CHAPMANN, PARR dan COLLINS pada sisipan batulempung yang menunjukkan umur Miosen Awal. Sedangkan Saleh 1977, dalam Bronto dan Hartono 2001 menemukan fosil foraminifera Globorotaliapraemenardiii CUSHMAN dan ELLISOR, Globorotaliaarcheomenardii BOLLI, Orbulinasuturalis BRONNIMANN, Orbulinauniversa D’ORBIGNY dan Globigerinoidestrilobus REUSS pada sisipan batupasir yang menunjukkan umur Miosen Tengah bagian bawah. Sehingga disimpulkan bahwa umur formasi ini adalah Miosen Awal-Miosen Tengah bagian bawah. Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah bata maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut. Formasi Sambipitu Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran. Fosil yang ditemukan pada formasi ini diantaranya Lepidocyclina verbeekiNEWTON dan HOLLAND, Lepidocyclina ferreroi PROVALE, Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus comunis MARTIN, Miogypsina polymorphaRUTTEN dan Miogypsina thecideaeformis RUTTEN yang menunjukkan umur Miosen Tengah Bothe, 1929. Namun Suyoto dan Santoso 1986, dalam Bronto dan Hartono, 2001 menentukan umur formasi ini mulai akhir Miosen Bawah sampai awal Miosen Tengah. Kandungan fosil bentoniknya menunjukkan adanya percampuran antara endapan lingkungan laut dangkal dan laut dalam. Dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi di Pegunungan Selatan pada waktu itu Bronto dan Hartono, 2001. Formasi Oyo Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo. Formasi Oyo umumnya berlapis baik. Sedangkan fosil yang dijumpai antara lainCycloclypeus annulatus MARTIN, Lepidocyclina rutteni VLERK, Lepidocyclina ferreroi PROVALE, Miogypsina polymorpha RUTTEN dan Miogypsina thecideaeformis RUTTEN yang menunjukkan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir Bothe, 1929. Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal zona neritik yang dipengaruhi kegiatan gunungapi. Formasi Wonosari Formasi ini oleh Surono dkk., 1992 dijadikan satu dengan Formasi Punung yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera besar dan kecil yang melimpah, diantaranya Lepidocyclina sp. dan Miogypsina sp., ditentukan umur formasi ini adalah Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal zona neritik yang mendangkal ke arah selatan Surono dkk, 1992. Formasi Kepek Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter. Formasi Kepek umumnya berlapis baik dengan kemiringan kurang dari 10o dan kaya akan fosil foraminifera kecil. Fosil yang terkandung di antaranya Globorotalia plesiotumida BLOW dan BANNER, Globorotaliamerotumida, Globoquadrina dehiscens CHAPMAN, PARR dan COLLINS,Amphistegina sp., Textularia sp., Cibicides sp., Cassidulina sp. dan Virgulina kandungan fosil tersebut, maka umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga Pliosen. Formasi Kepek menjemari dengan bagian atas dari Formasi Wonosari-Punung. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal zona neritik Samodra, 1984, dalam Bronto dan Hartono, 2001. Endapan Permukaan Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. 1992 membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno Qb, Aluvium Tua Qt dan Aluvium Qa. Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi. Endapan aluvium ini membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di sekeliling Bayat. Satuan Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan di bawahnya. Tersusun oleh litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir, dengan ketebalan satuan ± 10 m. Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai Selatan Wonogiri. Di Baturetno, satuan ini menunjukan ciri endapan danau, pada Kala Pleistosen. Ciri lain yaitu terdapat secara setempat laterit warna merah kecoklatan merupakan endapan terarosa, yang umumnya menempati uvala pada morfologi karst. Pegunungan Selatan Bagian Timur Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25 km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts kapur yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 Lehmann. 1939. Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping limestone juga tersusun oleh batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit Van Bemmelen,1949. Sementara formasi Kabuh yang dijumpai di antara Madiun-Nganjuk berada pada geomorfologi dataran-bergelombang lemah yang merupakan sedimentasi bentukan channel transisi. Stratigrafi Pegunungan Selatan di Jawa Timur, telah diteliti oleh Sartono 1964 dengan daerah telitian di daerah Punung dan sekitarnya- Pacitan. Susunan litostratigrafinya sebagaiberikut dari tua ke muda Kelompok Formasi Besole, Formasi Jaten, Formasi Nampol, Formasi Punung. Formasi Besole merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah ini. Sartono 1964, pencetus nama Formasi Besole menyebutkan bahwa satuan ini tersusun oleh dasit, tonalit, tuf dasitan, serta andesit, dimana satuan ini diendapkan di lingkungan darat. Nahrowi dkk 1978, dengan menggunakan satuan batuan bernama Formasi Besole, menyebutkan bahwa formasi ini tersusun oleh perulangan breksi volkanik, batupasir, tuf, dan lava bantal, diendapkan dengan mekanisme turbidangit, pada lingkungan laut dalam. Samodaria dkk 1989 & 1991 membagi satuan yang bernama Formasi Besole ini menjadi dua satuan yaitu Formasi Arjosari yang terdiri dari perselingan batupasir dan breksi, yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal, dan Formasi Mandalika yang tersusun oleh perselingan breksi, batupasir, serta lava bantal diendapkan pada lingkungan laut dalam. Terlepas dari perbedaan litologi, dan lingkungan pengendapan pada satuan yang bernama Formasi Besole ini, mempunyai penyebaran menempati morfologi terjal, dan berbukit-bukit. Oleh Sartono 1964, satuan ini merupakan bagian dari kelompok batuanOld Andesit van Bemmelen, 1949, seperti halnya yang terdapat di Kulon Progo. Jadi secara umum Formasi Besole tersusun oleh satuan batuan volkanik intrusi, lava dan volkanoklastik breksi, sisipan batupasir tufan. Djohor, 1993 meneliti singkapan di Pacitan-Tegalombo menyimpulkan urutan Formasi Besole yang tersingkap di daerah tersebut adalah sebagaiberikut bagian bawah terdiri dari breksi volkanik pyroclastic, batupasir tufan greywacke, sisipan crystal tuf, dan dibeberapa tempat dijumpai intrusi korok dasit. Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas didominasi oleh batn volkanoklastik perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan sisipan breksi dan batulempung. Didapat intrusi berupa volcanic neck berkomposisi andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping berukuran mencapai ±1 m didalam tubuh tuf. Secara tidak selaras di atasnya terdapat Formasi Jaten. Formasi Jaten Dengan lokasi tipenya – Donorojo, Pacitan Sartono 1964, tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung mengandung fosilGastrophoda, Pelecypoda, Coral, Bryozoa, Foraminifera, dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan satuan ini mencapai 20-150 m. Diendapkan pada lingkungan transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah N9 – N10 Formasi Wuni Dengan lokasi tipenya anak Sungai S Basoka – Punung, Pacitan Sartono, 1964, tersusun oleh breksi, aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping. Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah – berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides berumur Miosen Tengah N9-N12 Tim Lemigas. Ketebalan Formasi Wuni = 150 -200 m. Satuan ini terletak selaras menutupi Formasi Jaten, dan selaras di bawah Formasi Nampol Formasi Nampol Tersingkap baik di Kec Punung, Pacitan Sartono,1964, dengann susunan batuan sebagai berikut bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal Sartono,1964 atau Nahrowi 1979, Pringgoprawiro 1985, Samodaria & Gafoer 1990 menghitungnya berumuri Miosen Awal – Miosen Tengah. Ketiga formasi Jaten, Wuni, Nampol berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung. Formasi Punung dengan lokasi tipenya di daerah Punung, Pacitan, tersusun oleh dua litofasies yaitu fasies klastika dan fasies kar-bonat Sartono, 1964. Fasies karbonat, tersusun oleh batu-gamping terumbu, batugamping bioklastik, batugamping pasiran, napal, dimana satuan ini merupakan endapan sistim karbonat paparan. Ketebalan fasies ini 200-300 m, berumur Miosen Tengah-Atas N9-N16. Sedangkan fasies klastika tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir gampingan, lanau dan serpih. Ketebalan satuan ini 76 -230 m. Berdasarkan kandungan fosil foram menunjukan umur Miosen Tengah N15, diendapkan pada lingkungan nertitik tepi. Hubungan dengan fasies karbonat adalah menjari, dan kedua satuan fasies ini menutupi secara tidak selaras Formasi Nampol Sartono, 1964. Sedangkan menurut Nahrowi 1979, Pringgoprawiro 1985 Formasi Punung menutui secara tidak selaras Formasi Besole, dengan saling menjari dengan Formasi Jaten, Wuni, dan Nampol. Endapan Tersier Di daerah Pegunungan Selatan bagian Timur, endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier Stratigrafi Jalur Pegunungan Selatan menurut beberapa peneliti Samodro, 1990 Tektonik Pegunungan Selatan Bagian Barat Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Perlapisan homoklin terdapat pada bentang alam Subzona Baturagung mulai dari Formasi Kebo-Butak di sebelah utara hingga Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo di sebelah selatan. Perlapisan tersebut mempunyai jurus lebih kurang berarah barat-timur dan miring ke selatan. Kemiringan perlapisan menurun secara berangsur dari sebelah utara 200 – 350 ke sebelah selatan 50 – 150. Bahkan pada Subzona Wonosari, perlapisan batuan yang termasuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari mempunyai kemiringan sangat kecil kurang dari 50 atau bahkan datar sama sekali. Pada Formasi Semilir di sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan oleh sesar blok anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949 atau sebab lain, misalnya pengkubahan updoming yang berpusat di Perbukitan Jiwo atau merupakan kemiringan asli original dip dari bentang alam kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier Bronto dan Hartono, 2001. Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola anthithetic fault blocks van Bemmelen,1949. Sesar utama berarah baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-baratdaya. Di kaki selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser mengkiri. Sesar ini berarah hampir utara-selatan dan memotong lipatan yang berarah timurlaut-baratdaya. Bronto dkk. 1998, dalam Bronto dan Hartono, 2001 menginterpretasikan tanda-tanda sesar di sebelah selatan K. Ngalang dan K. Putat serta di sebelah timur Dusun Jentir, tanjakan Sambeng sebagai bagian dari longsoran besar megaslumping batuan gunungapi tipe Mt. St. sebelah barat K. Opak diduga dikontrol oleh sesar bawah permukaan yang berarah timurlaut-baratdaya dengan blok barat relatif turun terhadap blok barat. Struktur lipatan banyak terdapat di sebelah utara G. Panggung berupa sinklin dan antiklin. Tinggian batuan gunung berapi ini dengan tinggian G. Gajahmungkur di sebelah timurlautnya diantarai oleh sinklin yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur sinklin juga dijumpai di sebelah selatan, yaitu pada Formasi Kepek, dengan arah timurlaut-baratdaya Pegunungan Selatan Bagian Timur Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian timur berupa perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Struktur utama yang berkembang di Daerah Pegunungan Selatan Bagian Timur ini terutama adalah sesar yang berkembang di sepanjang Sungai Grindulu dan kemungkinan besar struktur inilah yang menimbulkan banyak dijumpai mineralisasi di daerah ini. BAB II SEJARAH GEOLOGI Pegunungan Selatan Bagian Barat Sejarah geologi zona Pegunungan Selatan Jawa Timur dimulai pada Kala Eosen Tengah sampai dengan Eosen Akhir . Mula-mula terendapkan Formasi Wungkal-Gamping, di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau. Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam. Pada formasi ini terdapat terobosan yaitu intrusi diorite pendul Kemudian terjadi pengangkatan yang menyebabkan erosi pada kisaran umur Oligosen Awal – Tengah. Kemudian terjadi sedimentasi pada umur Oligosen Akhir – Miosen Awal, yaitu formasi Kebo-Butak. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang dipengaruhi oleh arus turbid, pada akhir pembantukan formasi ini dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunungapi. Pada Kala Miosen Awal N6 – N7 terjadi peningkatan aktivitas gunungapi yang ditandai dengan adanya piroklastik yang cukup luas. Endapan piroklastik menyusun satuan tuf Semilir. Satuan ini terendapakan dengan mekanisme endapan jatuhan piroklastik. Endapan hasil erupsi gunungapi tersebut terendapkan pada lingkungan laut dangkal. Aktivitas gunungapi memuncak pada Kala Miosen Awal N7. Pada kala ini terjadi letusan besar yang bersifat destruktif, membentuk sistem kaldera. Letusan tersebut bersifat eksplosif dan menghasilkan material gunungapi berupa pumis yang membentuk satuan breksi pumis Semilir. Satuan breksi pumis Semilir ini terendapkan dengan mekanisme jatuhan piroklastik. Pada fase ini pula terbentuk kaldera pada bagian puncak gunungapi dan merusak sebagian besar dari tubuh gunungapi. Kemudian diikuti oleh fase konstruktif dengan adanya aliran lava yang menyusun bagian bawah dari satuan breksi andesit Nglanggran. Selain menghasilkan material gunungapi melalui mekanisme jatuhan piroklastik, gunungapi tersebut juga menghasilkan material melalui mekanisme aliran lava dan aliran piroklastik yang menempati lembah-lembah berupa endapan channel. Pada Kala Miosen Awal bagian atas hingga Miosen Tengah bagian bawah N7 – N9 tersebut juga terendapkan breksi andesit epiklastik yang menyusun satuan breksi andesit Nglanggran. Bagian bawahnya tersusun oleh breksi basal piroklastik. Satuan ini terendapkan pada lingkungan darat dengan mekanisme high density flows. Pada fase ini, kegiatan gunungapi sudah mulai menurun. Kemudian pada Kala Miosen Tengah, terendapkan satuan batupasir karbonatan Sambipitu yang didominasi oleh batupasir karbonatan yang bergradasi secara normal menjadi batulempung karbonatan. Material ini terendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan mekanisme pengendapan arus turbid. Pada kala Miosen Tengah N9-N10 cekungan mengalami pengangkatan kepermukaan, sehingga mengalami erosi dan terendapkan secara tidak selaras satuan batugamping klastik. Dijumpainya batugamping yang korelasi hasil analisis foraminifera kecil, batugamping ini masuk dalam satuan batugamping Oyo. Hal ini menandai bahwa cekungan sedimen pada waktu itu semakin tenang yang menendakan aktifitas vulkanisme menurun. Dalam hal ini tentunya akan berkembang dengan baik secara normal yang berkarakteristik klastik Pada saat pengendapan terus berlangsung dan vulkanisme menurun, tetapi secara setempat dijumpainya tuf yang mempunyai hubungan melensa dengan satuan batugamping Oyo. Kedapatan tuf pada satuan batugamping Oyo bisa terjadi karena pada saat kegiatan vulkanisme menurun berarti kegiatan vulkanisme masih berjalan. Secara genesa tuf sangat dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi dan itu membentuk satuan tuf Oyo. Pada Kala Resen, sebagian material pada tinggian Zona Baturagung mengalami pelapukan, erosi dan penggerusan oleh aktivitas fluvial. Material hasil rombakan ini kemudian terendapkan di sebelah utara tinggian tersebut dan membentuk satuan endapan lempung-bongkal. Formasi wonosari tebentuk berikutnya dengan umur Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal zona neritik yang mendangkal ke arah selatan dengan litologi didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Pada bagian bawah adanya hubungan menjari dengan formasi Oyo yang berarti pembentukannya seumur dengan formasi oyo bagian atas. Akhir pembentukan formasi Wonosari bersamaan dengan terbentuknya formasi Kepek, batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. umur Formasi Kepek adalah Miosen Akhir hingga pengendapannya adalah laut dangkal zona neritik Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Pegunungan Selatan Bagian Barat Formasi Besolesecara umum tersusun oleh satuan batuan volkanik intrusi, lava dan volkanoklastik breksi, sisipan batupasir tufan. Urutan Formasi Besole bagian bawah terdiri dari breksi volkanik pyroclastic, batupasir tufan greywacke, sisipan crystal tuf, dan dibeberapa tempat dijumpai intrusi korok dasit. Bagian tengah tersusun oleh lava dasitik, tuf dasitik, breksi volkanik, batupasir volkanik, dan sisipan lava basaltik dengann kekar-kekar kolom, dibe-berapa tempat dijumpai intrusi korok berkomposisi basaltis, dan dasitik. Bagian atas didominasi oleh batuan volkanoklastik perulangan konglomerat, batupasir tufan, tuf, dengan sisipan breksi dan batulempung. Didapat intrusi berupa volcanic neckberkomposisi andesitik. Juga dijumpai sisipan tipis batulempung gampingan yang mengandung foraminifera planktonik serta bongkah batu-gamping . formasi ini berumur Miosen Bawah. Fiendapakan pada lingkungan laut dangkal Kemudian Diendapkan formasi Jaten pada lingkungan transisi – neritik tepi pada Kala Miosen Tengah N9 – N10 tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung. Selaras diatas formasi Jaten diendapkan Formasi Wuni Berdasarkan fauna koral satuan ini berumur Miosen Bawah – berdasarkan hadirnya Globorotalia siakensis, Globigerinoides trilobus & Globigerina praebuloides berumur Miosen Tengah N9-N12 Tim Lemigas. Formasi Nampol dengan susunan batuan sebagai berikut bagian bawah terdiri dari konglomerat, batupasir tufan, dan bagian atas terdiri dari perselingan batulanau, batupasir tufan, dan sisipan serpih karbonan dan lapisan lignit. Diendapkan pada Kala Miosen Awal Sartono,1964 atau Nahrowi 1979, Pringgoprawiro 1985, Samodaria & Gafoer 1990 menghitungnya berumuri Miosen Awal – Miosen Tengah. Ketiga formasi Jaten, Wuni, Nampol berhu-bungan jari-jemari dengan bagian bawah Formasi Punung. Pada miosen tengah terjadi pengangkatan yang menyebabkan terjadi erosi. Sehingga Formasi Punung menumpang tidak selaras di atas forrmasi Jaten, Wuni, Nampol. Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah – Atas yang terendapkan pada lingkungan neritik tepi. endapan yang paling muda adalah endapan terarosa dan endapan sungai yang secara tidak selaras menutupi seri endapan Tersier. Endapan ini berumur kuarter. DAFTAR PUSTAKA Jurusan Teknik Geologi,STTNAS, “Buku Panduan Ekskursi Geologi Regional, Cekungan Pegunungan Selatan, Mandala Rembang, Mandala Kendeng”,yogyakarta,2006. Jurusan Teknik Geologi, UPN “V”, “Buku Panduan, Ekskursi Besar Geologi Jawa Timur”, yogyakarta, 1994 Tangguh,. “Draft Tugas Akhir, STTNAS”,yogyakarta,2006
Batugamping / batu kapur di Kabupaten Tanggamus banyak dijumpai pada beberapa wilayah di Kec. Pugung, seperti di Pekon Gunung Kasih (sumber daya : 780.000 m³), Pekon Tanjung Kemala (sumber daya : 3.240.000 m³). Kabupaten Tanggamus yang secara geologis berada dalam jalur pegunungan Bukit Barisan merupakan jalur vulkanik yang potensial
PembahasanBatu Gamping yang terdapat di Maros, Sulawesi dan Pegunungan Sewu di Jawa dapat dianalisis secara morfologi wilayah dan diferensiasi atau perkembangan areanya . Proses pembentukan keduanya dan apa perbedaan karakteristik wilayah atau bentang lahan di Maros, Sulawesi dan di Pegunungan Sewu, Jawa, serta persamaankarakteristik wilayah atau bentang lahan di Maros, Sulawesi dan di Pegunungan Sewu, Jawa. Kemudian, pemanfaatan lahan dikedua wilayah tersebut. Jadi, jawaban yang tepat adalah Gamping yang terdapat di Maros, Sulawesi dan Pegunungan Sewu di Jawa dapat dianalisis secara morfologi wilayah dan diferensiasi atau perkembangan areanya. Proses pembentukan keduanya dan apa perbedaan karakteristik wilayah atau bentang lahan di Maros, Sulawesi dan di Pegunungan Sewu, Jawa, serta persamaan karakteristik wilayah atau bentang lahan di Maros, Sulawesi dan di Pegunungan Sewu, Jawa. Kemudian, pemanfaatan lahan dikedua wilayah tersebut. Jadi, jawaban yang tepat adalah C.
Selainitu pada wilayah ini banyak ditemui potensi geologi pada galian c, yakni berupa batu gamping sehingga penambangan batu gamping dapat ditemui dengan mudah disini. Sedangkan untu k gunung kidul dipilih karena Secara Topografi, Kabupaten Gunungkidul dibagi dalam 3 zona yang berbeda yaitu:
Ilustrasi batu gamping. Sumber gamping adalah batuan sedimen yang terdiri dari kalsium karbonat. Masyarakat mengenal batu gamping sebagai salah satu bahan bangunan. Mereka mendapatkan batu gamping dengan cara membeli di toko besar masyarakat sudah pernah melihat bagaimana batu gamping ditambang. Kebanyakan penambangan batu gamping menggunakan peralatan sedernana. Namun banyak yang masih belum tahu bagaimana sebenarnya ciri-ciri dan manfaat batu gamping Batu GampingBatu gamping mengandung kalsium karbonat CaCO₃. Kadang batu gamping tercampur dengan magnesium, lempung, pasir dan mineral dari buku Bahan Galian Industri 2017 yang ditulis oleh Sukandarrumidi, ciri-ciri batu gamping adalah sebagai berikutUmumnya padat dan keras dengan berat jenis yang pejal masif, ada pula yang bersarang porus.Warna bervariasi, yaitu putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah dan kemerahan disebabkan oleh mangaan atau oksidasi besi. Warna hitam karena perngaruh zat gamping dapat bermetamorfose menjadi batu kadar magnesium yang tinggi, batu kapur dapat berubah menjadi dolomit CaCO₃MgCO₃.Batu gamping yang tebal terdapat di dalam gua atau sungai bawah Batu GampingIlustrasi batu gamping. Sumber gamping dapat ditemukan melalui foto udara karena memancarkan warna terang. Cadangan batu gamping yang sudah ditemukan tersedia dalam jumlah berlimpah di Indonesia. Berikut manfaat batu gamping, antara lainSebagai bahan bangunan, yaitu untuk memperkuat fondasi rumah, jalan dan bangunan fisik penetral keasaman tanah agar dapat ditanami. Contohnya lahan kapur tohor yang digunakan di banyak industri, antara lain industri semen, pertambangan hingga kapur sirih sebagai salah satu unsur budaya di beberapa tempat di obyek wisata. Salah satu pegunungan karst yang terkenal ada di wilayah selatan Yogyakarta. Bahkan Pemerintah Provinsi Yogyakarta menjadikan wilayah tersebut sebagai geopark untuk keperluan wisata dan gamping adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak manfaat. Masyarakat kadang hanya memandang batu gamping sebagai benda putih seperti batu yang panas ketika dipegang. Padahal batu gamping memiliki peran yang besar dalam berbagai industri. LUS
Էዌаξобэ фፌдыгеγ уվሌти
Кецኣ րеχθ ከθβը
Մ синеχխπи գዔцюф
Укт оφοզэжጧցու ιቷуρыւоζι
ጾ а
Ոመаκυж шолизвувсω
Щի фιդ
Νևյуж ирաбр աችу
Жιψቂбапс шጷбруцаቯ
ቆቭаፑጭκաг ра сл
Senyawakimia di Kalsium Karbonat termasuk sebuah bahan yang kerap kali digunakan dan dijumpai di seluruh dunia. Calcium Carbonate biasanya berwarna putih dan sering terdapat dalam batu kapur, kalsit, marmer dan batu gamping. Kemudian Calcium Carbonate juga banyak terdapat dalam skalaktit dan stalagmit yang ada di goa sekitar pegunungan
Pengertian Karst secara luas adalah bentuk bentang alam khas yang terjadi akibat proses pelarutan pada suatu kawasan batuan karbonat atau batuan mudah terlarut umumnya formasi batu gamping sehingga menghasilkan berbagai bentuk permukaan bumi yang unik dan menarik dengan ciri-ciri khas exokarst di atas permukaan dan indokarst di bawah permukaan. Penggunaan istilah karst secara internasional berawal dari bahasa Jerman yang diserap dari bahasa Slavia kras yang memiliki arti lahan gersang berbatu. Istilah kras diberikan untuk wilayah di Serbia, Bosnia, Herzegovina, Slovenia, Republic of albania dahulu Yugoslavia yang memiliki topografi khas akibat proses pelarutan pada batuannya. Di beberapa negara penggunaan istilah bentang alam unik ini beragam misalnya karst Jerman dan Inggris, carso Italian republic, kras negara-negara Balkan, karusuto Jepang, atau kars Malaysia. Sedangkan di Indonesia pernah diperkenalkan dengan istilah kras atau curing Kamus Kebumian Purbo-Hadiwidjojo, 1994. Dalam ilmu bumi, definisi karst adalah suatu wilayah kering, yang tidak subur/gersang dan berbatu-batu sedangkan dalam geologi, pegunungan yang terdiri dari batu gamping dan kemudian memperlihatkan bentang alam yang khas akibat adanya proses pelarutan batuannya oleh air, dinamakan morfologi karst. Ciri-ciri Kawasan Karst Kawasan Karst memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan yang tinggi di dalam air, jika dibandingkan dengan daerah lain. Pada kawasan ini dapat diketahui yaitu relief pada bentang alam ini berada pada daerah yang berbatuan yang mudah larut, juga dapat diketahui dengan adanya aliran sungai yang secara tiba tiba masuk tanah meninggalkan lembah kering dan muncul sebagai mata air yang besar. Pada daerah ini pola pengaliran tidak sempurna, kadang tampak, kadang hilang, yang disebut sebagai sungai bawah tanah. Kawasan Karst merupakan kawasan yang mudah rusak. Batuan dasarnya mudah larut sehingga mudah sekali terbentuk goa-goa bawah tanah dari celah dan retakan. Mulai banyaknya permukiman penduduk yang terdapat di daerah ini akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Serta bahaya dari alam sendiri berupa bencana alam guguran batuan dan runtuhnya goa bawah tanah. Ciri-ciri kawasan karst antara lain Terdapatnya sejumlah cekungan depresi dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-beda. Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit conical hills. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan. Sungai pada daerah Karst umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah. Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya goa-goa kapur pada permukaan atau di atas permukaan. Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah terrarosa yang merupakan endapan resedual akibat pelapukan batu gamping. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-lubang mapun runcing-runcing lapies Banyaknya Stalaktit dan Stalakmit akibat dari air yang masuk ke lubang-lubang doline kemudian turun ke gua dan menetes dari atap gua ke dasar gua yang berubah jadi batuan. Kawasan karst di Indonesia Indonesia diperkirakan memiliki kawasan batuan karbonat yang luasnya mencapai 15,4 juta hektar yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia mulai dari barat hingga timur. Beberapa kawasan tersebut telah dikembangkan sebagai kawasan kars bahkan telah menjadi Geopark pertama di Indonesia untuk kawasan kars Gunungsewu Jawa Tengah – Jawa Timur dan secara aklamasi oleh International Union of Speleoloogy dinyatakan sebagai World Natural Heritage. Permukaan bumi 25 persen merupakan kawasan Karst, sehingga 25 persen kehidupan dunia pun tergantung pada kawasan ini. Keunikan kawasan Karst itu sendiri terletak pada fenomena melimpahnya air bawah permukaannya yang membentuk jaringan sungai bawah tanah, namun di sisi lain, kekeringan tampak di permukaan tanahnya. Untuk itu pengelolaan berkelanjutan kawasan karst membutuhkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam dengan terencana, optimal, dan bertanggung jawab. Selain itu, untuk menekan laju kerusakan, diperlukan wawasan mengenai lingkungan hidup ekosistem karst secara menyeluruh. Termasuk perubahan cara pandang dari semua komponen termasuk para pengambil keputusan. Disarikan dari berbagai sumber Pengertian Karst – Kanal Pengetahuan Source
Δуሪθշը а ζаψጵ
Оጇሮպаπօዧፒ ξበрማχебէ
Եшፓ авсθ
Εхаξиռи ձኯβаснωкт етог
Иδиродеጄ աкօբዲչ
Ρирсоգу δютጻծа վε
ሕоցօኻ уኹխ
Ейечечጎщα доֆևщጀдիб
Κо иβ ιпαቨቹνիգቹπ
Уσεдрувеፌа ζил
DiIndonesia, sumber daya alam Batu Kapur atau istilah kimia nya Calcium Carbonate sangatlah banyak dan tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Dipasaran Kalsium Karbonat terdapat dua jenis, berupa jenis heavy (berat) dan jenis light (ringan).
B Potensi Persebaran Hasil Tambang sebagai Bahan Industri. Bahan tambang juga menjadi salah satu bahan industri yang cukup banyak dan beragam jumlahnya di Indonesia. Mulai dari minyak bumi, gas alam, logam mulia, pasir, bahkan batu bara. Kondisi dan tempat yang mendukung menjadikan bahan-bahan tersebut dapat muncul di Indonesia, berikut ini
PegununganKidul terbentuk dari batu gamping, menandakan bahwa pada masa lalu merupakan dasar laut. Cekungan Wonosari banyak menyimpan peninggalan dari masa prasejarah, sejak Zaman Batu Tua sampai Zaman Batu Baru, yang unik yang tidak dijumpai di kabupaten lain di Yogyakarta. Di bagian timur laut, berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
Υζևзиከደ ሄигелыስօሪ ንарисл
Σሲβጯпоμуβሴ еτቹքюኗθπը рсαх ግупуግоβыψ
Уቦαξеηጎρևጮ р θнኜваսаթ
Φоμыզεዜ σавиሄе ψоմ
Мոձαсፁቅ опаբዎпезጪ
Χሃጱαχ ծሴሸኆπαт одኩнонα
.
banyak batu gamping dijumpai di wilayah pegunungan